Semenjak Indonesia mengalami apa yang dinamakan sebagai "liberalisasi pendidikan", pendidikan di Indonesia kini lebih terarah untuk melayani kepentingan ekonomi (lebih tepatnya investasi). Hal ini pun diperkuat melalui website Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Banten dengan judul artikel "Indonesia Membutuhkan Investasi Sektor Pendidikan". Dalam artikel tersebut, dituliskan mengenai pentingnya investasi di sektor pendidikan untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara fundamental Indonesia. Dengan kata lain, pendidikan di Indonesia harus dapat mengarahkan kepada permenuhan kebutuhan tenaga kerja, baik itu tenaga kerja terdidik maupun yang terampil, agar dapat mengejar pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, pendidikan melayani ekonomi.
Hingga saat ini, Indonesia sedang mempersiapkan kebutuhan akan Revolusi Industri 4.0. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kebutuhan tenaga kerja di sektor industri hingga tahun 2035 akan naik lebih dari 8%. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Koordinator Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Mujiyono berujar “Apalagi, sekarang kita sudah memasuki era industri 4.0, di mana sektor industri dituntut untuk memanfaatkan teknologi canggih atau digitalisasi sehingga bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas produk secara lebih efisien. Guna mencapai sasaran tersebut, diperlukan pula SDM kompeten. Jadi, SDM kompeten menjadi kunci daya saing industri kita,” papar dia. Dengan kata lain, pendidikan Indonesia saat ini harus diarahkan untuk mempersiapkan kebutuhan akan tenaga kerja dalam Revolusi Industri 4.0.
Melihat hal ini, maka jelaslah bahwa pemrioritasan kelas MIPA rupa-rupanya bukan disebabkan karena kelas tersebut memang unggul secara inheren, melainkan unggul karena kelas tersebut dapat memenuhi kebutuhan investasi di masa yang akan datang (setidaknya untuk saat ini). Apa yang diajarkan di kelas-kelas MIPA pada saat ini merupakan suatu hal yang yang dibutuhkan dalam dunia bisnis (misalnya, beberapa bagian dalam mapel Matematika yang dapat menunjang proses digitalisasi dalam Revolusi Industri 4.0 dan beberapa bagian dalam mapel biologi dan kimia yang dapat menunjang efisiensi dalam industri peternakan dan pertanian). Hingga disini, terlihat bahwa pendidikan dalam kapitalisme tidaklah netral. Pendidikan dalam kapitalisme bukanlah sarana untuk mencerdaskan, melainkan untuk menunjang daya persaingan pasar.
Pada akhirnya, tidak akan ada pendidikan yang memerdekakan tanpa perjuangan menghancurkan kapitalisme itu sendiri. Dalam kapitalisme, orientasi pendidikan yang seharusnya sebagai pengemban amanat “mencerdaskan kehidupan bangsa” kini menjadi teralihkan dengan orientasi pasar. Maka dari itu, untuk membebaskan belenggu ini, kita membutuhkan teori serta praksis revolusioner yang mempersatukan seluruh kaum revolusioner di seluruh dunia untum melawan tirani kapital yang telah merampas segala daya perkembangan ilmu pengetahuan untuk segelintir orang dan menyisakan pada rakyat pekerja penderitaan tiada akhir. Inilah yang kita sebut dengan mewujudkan masyarakat Sosialisme seutuhnya.
Komentar
Posting Komentar